Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Pujangga Lama adalah angkatan sastra yang berkembang sebelum tahun 1920. Karya dari angkatan Pujangga Lama biasanya berisi nasehat, yang ditulis dalam bahasa Melayu, atau bahasa lain dari bangsa yang datang dan memberi pengaruh di Nusantara, seperti Arab, Tamil atau Sansekerta. Karya terkenal dari angkatan ini diantaranya: “Bustan Al Salatin”, “Gurindam Dua Belas” dan “Syair Perahu”.
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pustaka adalah angkatan yang berkembang di periode 1920-an. Balai Pustaka sendiri awalnya adalah kantor penyedia bacaan rakyat yang dibentuk Belanda. Karya yang dihasilkan dari angkatan Balai Pustaka biasanya berisi tentang situasi sosial yang ada di masyarakat, seperti perjodohan. Karya terkenal dari angkatan ini diantaranya: “Siti Nurbaya” dan “Azab dan Sengsara”
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru lahir dengan terbitnya majalah Poedjangga Baroe pada tahun 1933. Karya sastra pada angkatan Pujangga Baru mulai menyinggung mengenai masalah nasionalisme dan kesadaran berbangsa, disamping tema emansipasi dan pilihan individu. Karya terkenal dari angkatan Pujangga Baru diantaranya: “Belenggu”, “Layar Terkembang” dan “Manusia Baru”.
Angkatan 45
Angkatan selanjutnya adalah angkatan yang terkenal dari periode sastra di Indonesia, yakni angkatan 45. Karya dari angkatan 45 sarat akan suara perjuangan, lantang menyampaikan kritik akan ketidakadilan yang dialami rakyat, dari persoalan sosial dan politik. Angkatan 45 bisa dikatakan sebagai pejuang yang berperang melalui tulisan mereka. Tokoh terkenal dari angkatan ini di antaranya: Chairil Anwar, Usmar Ismail, Asrul Sani dan Pramoedya Ananta Toer.
Angkatan 66
Angkatan 66 lahir pada saat situasi politik di Indonesia sedang penuh gejolak, serta maraknya penyalahgunaan kekuasaan pada periode 1960-1970, yang turut mengakibatkan polarisasi karya sastra pada masa itu. Karya pada angkatan 66 banyak membahas kritik dari situasi politik dan kehidupan sosial masyarakat. Tokoh terkenal dari angkatan 66 ini diantaranya: Taufik Ismail, Putu WIjaya dan W.S. Rendra.
Angkatan 80
Angkatan sastra 80 berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru pada 1980. Karya sastra pada masa ini mendapat pengawasan ketat dari pemerintah untuk menjaga situasi kondusif di masyarakat. Karya sastra angkatan 80 membahas romansa dan kisah kehidupan sehari-hari. Pada angkatan 80 juga, karya sastra banyak menghadirkan tokoh utama perempuan. Tokoh terkenal dari angkatan sastra 80 diantaranya: Mira Widjaja, Nh. Dini, dan Marga T.
Angkatan Reformasi
Angkatan sastra yang paling muda ini berkembang setelah reformasi tahun 1998. Karya sastra dari angkatan reformasi sudah menggunakan latar kehidupan di masa modern dan ditulis dengan bahasa sehari-hari. Angkatan Reformasi banyak memunculkan sastrawan perempuan, sehingga mengimbangi sastrawan laki-laki. Tokoh terkenal dari angkatan sastra reformasi diantaranya: Dewi Lestari dan Andrea Hirata.
Referensi:
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/angkatan-sastra-indonesia-tokoh-dan-karya-seni-bahasa/
0 comments:
Posting Komentar